Minggu, Februari 13, 2011
2
Cerita ini diambil dari satu keluarga yang mempunyai anak semata wayang.
Ayah
dan ibu sibuk bekerja dan cenderung memanjakan si anak dengan berbagai fasilitas. Hal tersebut membuat si anak tumbuh menjadi anak yang manja, malas, dan pandai berdalih
untuk menghindari segala macam
tanggung jawab. Setiap kali si ibu menyuruh membersihkan kamar
atau sepatunya sendiri, ia dengan segera menjawab, "Aaaah Ibu. Kan ada si bibi yang bisa mengerjakan
semua itu. Lagian, untuk apa dibersihkan,
toh nanti kotor lagi." Demikian pula jika diminta untuk membantu membersihkan rumah atau tugas
lain saat si pembantu pulang,
anak itu selalu berdalih dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Ayah dan ibu sangat kecewa
dan sedih melihat kelakuan anak
tunggal mereka. Walaupun
tahu bahwa seringnya memanjakan anaklah
yang menjadi penyebab sang anak berbuat demikian. Mereka pun kemudian berpikir keras, bagaimana
cara merubah sikap si anak? Mereka
pun berniat memberi pelajaran kepada anak tersebut. Suatu hari, atas kesepakatan bersama, uang saku yang
rutin diterima setiap hari, pagi
itu tidak diberikan. Si anak pun segera protes dengan kata-kata kasar, "Mengapa Papa tidak
memberiku uang saku? Mau aku mati kelaparan
di sekolah ya?" Sambil tersenyum si ayah menjawab, "Untuk apa uang saku, toh nanti habis
lagi?"Demikian pula saat sarapan pagi, dia
duduk di meja makan tetapi tidak ada makanan yang tersedia. Anak itu pun kembali berteriak protes,
"Ma, lapar nih. Mana makanannya? Aku
buru-buru mau ke sekolah." "Untuk apa makan? Toh nanti lapar lagi?" jawab si ibu
tenang. Sambil kebingungan, si anak berangkat ke sekolah tanpa bekal uang dan perut kosong. Seharian di sekolah,
dia merasa tersiksa, tidak bisa
berkonsentrasi karena lapar dan jengkel. Dia merasa kalau orangtuanya sekarang sudah tidak lagi menyayanginya.
Pada malam hari, sambil menyiapkan makan malam, sang ibu berkata, "Anakku.
Saat akan makan, kita harus menyiapkan makanan di dapur. Setelah itu, ada
tanggung jawab untuk membersihkan perlengkapan kotor. Tidak ada alasan
untuk tidak mengerjakannya dan akan terus begitu selama kita harus makan untuk kelangsungan hidup. Sekarang makan, besok
juga makan lagi. Hari ini mandi, nanti kotor, dan harus juga mandi lagi. Hidup adalah rangkaian tanggung jawab, setiap
hari harus mengulangi
hal-hal baik. Jangan berdalih, tidak mau melakukan ini itu karena
dorongan kemalasan kamu. Ibu harap kamu mengerti." Si anak menganggukkan
kepala dan berkata "Ya Ayah-Ibu, saya mulai mengerti. Saya juga berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi."
Semoga Menjadi Suatu pencerahan.
Sukaa kaaaak..makacie iaah..
BalasHapusbenar kak, klo bisa postingx yg ginian ae yo,suka we.
BalasHapus