dedaunan kering. Saat penunggang kuda yang terakhir ini mendekat, si orang tua menangkap lemas mata penunggang kuda yang menghampirinya. ia pun bertutur; "Tuan, maukah anda memberikan tumpangan pada saya ke kampung seberang? Kelihatannya hutan ini terlalu penuh dengan semak belukar dan mungkin tak ada jalan untuk berjalan kaki." Sambil menghentikan kudanya, si penunggang menjawab;"Tentu.saja. Naiklah di belakangku." Melihat Orang tua tersebut tak mampu mengangkat kakinya untuk naik ke atas kuda, si penunggang kuda turun dan menolongnya naik ke atas kuda. Si penunggang membawa orang tua itu bukan hanya ke kampung seberang, namun terus ke tempat tujuan dimana orang tua tersebut akan bersinggah, yang hanya berjarak beberapa kilometer. Selagi mereka mendekati gubuk sederhana, rasa ingin tahu si penunggang kuda atas sesuatu, mendorongnya untuk bertanya; "Pak, saya lihat tadi bapak membiarkan penunggang-penunggang kuda lain lewat, tanpa berusaha meminta tumpangan. Saya ingin tahu kenapa di tengah hutan dan pada malam musim dingin seperti ini Bapak mau menunggu dan minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana jika saya tadi menolak dan meninggalkan bapak di sana?" Orang tua tersebut menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang tepat di kelopak mata si penunggang kuda dan menjawab; "Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya cukup kenal dengan*Orang*" Si orang tua melanjutkan langkahnya perlahan sembari berkata; "Saya cukup memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu bahwa di situ tidak ada rasa perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya minta tumpangan. Tapi waktu saya melihat matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terasa jelas ada pada dirimu. Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan untuk memberi saya pertolongan pada saat
MATA itu..????
dedaunan kering. Saat penunggang kuda yang terakhir ini mendekat, si orang tua menangkap lemas mata penunggang kuda yang menghampirinya. ia pun bertutur; "Tuan, maukah anda memberikan tumpangan pada saya ke kampung seberang? Kelihatannya hutan ini terlalu penuh dengan semak belukar dan mungkin tak ada jalan untuk berjalan kaki." Sambil menghentikan kudanya, si penunggang menjawab;"Tentu.saja. Naiklah di belakangku." Melihat Orang tua tersebut tak mampu mengangkat kakinya untuk naik ke atas kuda, si penunggang kuda turun dan menolongnya naik ke atas kuda. Si penunggang membawa orang tua itu bukan hanya ke kampung seberang, namun terus ke tempat tujuan dimana orang tua tersebut akan bersinggah, yang hanya berjarak beberapa kilometer. Selagi mereka mendekati gubuk sederhana, rasa ingin tahu si penunggang kuda atas sesuatu, mendorongnya untuk bertanya; "Pak, saya lihat tadi bapak membiarkan penunggang-penunggang kuda lain lewat, tanpa berusaha meminta tumpangan. Saya ingin tahu kenapa di tengah hutan dan pada malam musim dingin seperti ini Bapak mau menunggu dan minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana jika saya tadi menolak dan meninggalkan bapak di sana?" Orang tua tersebut menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang tepat di kelopak mata si penunggang kuda dan menjawab; "Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya cukup kenal dengan*Orang*" Si orang tua melanjutkan langkahnya perlahan sembari berkata; "Saya cukup memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu bahwa di situ tidak ada rasa perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya minta tumpangan. Tapi waktu saya melihat matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terasa jelas ada pada dirimu. Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan untuk memberi saya pertolongan pada saat
Suka bang. nice.. =)
BalasHapusMembangun,kyak kisah temen bapakku :(
BalasHapus